Jumat, 20 Desember 2019

Welcome The Next Millenial

Waroenk Gen Z

 Welcome Gen Z
Welcome Generasi Z

Mengenal Generasi Z - Mirip Millenial tapi Ternyata Beda Lho

Generasi Z
Generasi Z

Belum usai perbincangan dengan generasi Milenial, dunia kembali harus menyesuaikan diri dengan kehadiran Generasi Z, yakni mereka yang lahir di atas tahun 1995. Jika dilihat sekilas, generasi Z terlihat mirip dengan generasi Milenial. Tapi sebenarnya, ada perbedaan yang cukup besar diantara keduanya.

Pertama, hampir semua generasi Z bisa dipastikan tak mengenal kehidupan sebelum adanya internet. Hal ini berbeda dengan generasi Milenial yang sebagian diantaranya masih menjalani kehidupan analog tanpa adanya internet sama sekali.

Makanya tak mengherankan jika generasi Z jauh lebih akrab dan tak bisa lepas dari sosial media. Aktivitas yang dilakukan beragam, mulai dari berbagi foto dan momen-momen penting lewat instagram, berbagi pemikiran mereka dan apa yang mereka rasakan lewat twitter, dan berdiskusi dengan orang lain tentang topik-topik terhangat di facebook, serta menikmati waktu senggang dengan menonton video di Youtube.


Bahkan orang-orang yang generasi Z kagumi kebanyakan adalah influencer di sosial media seperti instagram, twitter, bahkan youtube.

Makanya tak mengherankan jika menurut situs www.visioncritical.com membuat generasi Z menghabiskan 15,4 jam per minggu lebih banyak di smartphone bila dibandingkan gadget lainnya. Oleh sebab itulah, smartphone menjadi bagian yang penting bagi hidup generasi Z.

Para ahli menilai, bahwa generasi Z merupakan generasi digital, dimana generasi ini lebih mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi, bermain, dan bersosialisasi. Bahkan, buku teks bisa dibilang tidak berarti untuk Gen Z. Kebiasaan ini timbul dari pesatnya teknologi yang bisa diakses dalam satu perangkat elektronik atau dalam satu gadget saja.

Menurut Tuhana Taufiq Andrianto penulis buku Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber (2011), diperkirakan akan terjadi booming “Generasi Z” sekitar tahun 2020, dimana aktifitas-aktifitas nya sangat mengandalkan gadget berformat digital.

Karakteristik anak-anak Gen Z biasanya sangat suka berkomunikasi dan bersosialisasi dengan beberapa orang lewat media sosial (medsos),seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Snapchat, dan sebagainya. Melalui medsos, mereka bisa mengekspresikan diri, perasaan dan pikirannya. Generasi ini bisa setiap saat mencurahkan isi hati yang mereka rasakan ke dalam media sosial, mau yang bersifat memprotes, mengungkapkan kekesalan, ataupun kesenangan, dan kegembiraan.

Generasi Z juga terbiasa dan cenderung melakukan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan atau multitasking. Mereka sangat meyukai mengambil keputusan yang cepat, seperti, mencari tugas sekolah/kampus dengan menggunakan internet.

Walaupun generasi Z dilengkapi dengan kemajuan teknologi yang canggih nan mumpuni, namun, mereka hanya merasakan kesenangan melalui permainan digital saja. Permainan-permainan seperti lompat tali, petak umpet, petak jongkok, dan permainan tradisional lainnya tidak dapat lagi dirasakan oleh generasi Z. Situasi ini didukung dengan minimnya lahan bermain/terbuka. Ruang bermain anak kurang tersedia di kota-kota besar terutama lahan terbuka hijau.

Tidak bisa dipungkiri juga, bahwa generasi ini terkadang bersikap egosentris dan individualis. Mereka, Gen Z, menginginkan hal yang serba instan, kurang menghargai proses, dan terkadang tidak bisa mengontrol emosi. Gen Z masih terlalu asik dengan dunia gadget dan elektroniknya, sehingga mereka kurang peduli dengan keadaan disekitar mereka, itulah yang menyebabkan kecerdasan emosional (EQ) generasi Z kurang berkembang atau tumpul, tetapi kecerdasan intelektual (IQ) mereka tinggi dan berkembang baik.

Maka yang paling penting, khususnya kepada orang tua agar memberikan pengertian kepada generasi Z mengenai dunia internet dan gadget serta cara memanfaatkan media tersebut dengan benar, dan mengontrol penggunaannya.

Sejak kelahirannya, generasi Z tidak hanya mengenal teknologi, tetapi mereka sudah akrab dengan teknologi dan gawai yang canggih. Mereka juga mampu melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia maya dalam satu waktu. Misalnya mereka dapat berselancar di situs-situs, sambil melakukan aktivitas di media sosial, dan mendengarkan musik.

Perbedaan-perbedaan lain antara generasi milenial dengan generasi Z yang juga disebut sebagai generasi pasca milenial, iGeneration, atau generasi plural ini, dikutip dari situs Huffington Post, antara lain lebih tidak fokus.

Ini karena generasi Z lebih cepat memperoleh informasi dari pada generasi-generasi sebelumnya, lebih baik dalam hal melakukan pekerjaan ganda atau multi tasking, mereka juga serba bisa.

Generasi Z juga lebih berpikiran terbuka dan global, tetapi lebih individual. Mereka dapat saja memilih untuk tidak menyelesaikan sekolah dan terjun ke dunia kerja, lalu kemudian melakukan sekolah secara online untuk memperoleh gelar. Karena mereka percaya gelar sarjana memang penting untuk menunjang karier mereka.

Mereka berjiwa wirausaha. Bagi generasi Z, penghasilan yang diperoleh dari hobi bukanlah penghasilan tambahan, karena mereka menganggap hobi adalah pekerjaan, dan pekerjaan mereka adalah hobi.

Dan pastinya mereka lebih ramah teknologi, bagi mereka teknologi dapat melakukan apa saja, termasuk belajar dan bekerja.

@dikutip dari berbagai sumber